Pada matamu pernah ada binar
yang kukenal luar dalam.
Bangga
memandangku seperti pualam.
Seperti teplok kehabisan minyak tanah
aku bocah tak tahu diri
seenaknya mengambil jatah.
Mati lampu sekian lama
kita biasa tanpa cahaya.
Ia perlahan kembali
memantul gairah.
Sayang cemas tak sepenuhnya menyerah
curiga jadi pantulan bayang
terus memanjang.
Seandainya bisa
bohlam lampu korneamu diganti.
Akan kupanjat pakai tangga tertinggi
jinjit sampai jempol nyeri
asal binar yang pernah muncul
kembali
tak pergi-pergi lagi.
Jogja, 2014.