(Untukmu yang sering merasa membuatku sedih.)
Tahukah kamu aku hampir terjengkang menahan tawa saat kau bilang kau sudah terbiasa melihatku sedikit sedih? Aku tidak sesering itu sedih saat bersamamu, Sayang. Sesekali aku cemberut dan menggerutu karena tak pandai membahasakan suara di otakku.
Sisanya, aku bahagia bersamamu.
Saat hari semakin datar dan biasa. Waktu kita bisa duduk tanpa bicara. Kamu sibuk memencet layar datar, aku bingung merombak tulisan. Sesekali diantara kita ada kudapan. Terkadang banyak juga gelegar kemarahan, cemburu dan keingin tahuan. Ada masa yang tak disuka dibawa ke cakap empat mata, tak kurang juga ia termaafkan; ditebus lewat perlakuan manis tanpa suara.
Disitu, aku bahagia.