Selamat satu warsa, sayang.
Tidak terasa waktu sudah mempercundangi kita. Rasanya baru kemarin kita tertawa-tawa di dalam mobil. Menelan lagu manapun yang diputar radio. Sesekali kau mengeluarkan ponsel dan memutar lagu “seleramu”. Yang dulu, bahkan namanya pun tak pernah mampir di telingaku. Terima kasih, untuk kesempatan saling meracuni selama tiga ratus enam puluh enam hari. Ini tahun kabisat, kan?
Tadinya aku ingin menulis manis untukmu. Namun tiba-tiba pesan singkatmu datang, mengabarkan bahwa tahu dan tempe bacemku nampak salah asuhan. Buyar sudah semua rayuan. Alih-alih mengumbar kata cinta, bagaimana bila setahun bersama ini kita rayakan dengan perut sakit kebanyakan tertawa? Otot perut kita akan kaku, pipi sampai sakit diajak bicara.
Ha-ha-ha.
Bersulang, untuk kebahagiaan yang sederhana.