Malam ini kita kembali mencipta perih,
“Kamu egois!”
“Kamu juga tak punya waktu!”
“Aku punya! Hanya kamu yang tak mau”
“Kamu memang punya! Tapi itu bukan untukku”
Tak sadarkah kamu?
Semakin lama kita berjalan kita makin sering bertukar cacian
Aku makin tampak kekanakan
Kau juga lebih menyebalkan
Rengekan manjaku tak lagi membuatmu kegirangan
Sikap dinginmu makin membuatku belingsatan
Kita saling meninggalkan
Malas mengumbar sapaan
Jangankan kencan, berkirim pesan singkat pun enggan.
“Lalu kenapa kita tetap bersisian? Cari saja sana orang yang tak kekanakan!”
“Kenapa bukan kamu yang keluar? Kemari, kuucapkan kau selamat jalan”
Kamu memang tak pernah mau menerima saran.
Aku juga tak mau mendengar kritikan.
Tapi egoismemu itulah yang ingin kujinakkan
Keangkuhanku juga lah yang mau kau taklukkan
Hari ini kita akan menyakiti dan membuka pertengkaran
Tapi air mataku masih juga kau usapkan
Muka marahmu juga masih ingin kuredamkan
Kita masih menutup perbincangan dengan banyak “jangan-jangan”
Ah, kita memang terlalu angkuh untuk mengaku saling membutuhkan.
“Malam minggu ini aku mau keluar sama Iman, suntuk di dorm sendirian”
“Aku juga mau pergi sama Cen, mungkin sampai tengah malam”
“Kalau sampai malam jangan sampai SIM ketinggalan. Ceroboh, kebiasaan!”
“Iyaa. Kamu cerewet sekali. Kamu juga jangan heboh olahraga seharian. Gila, kamu mau mati kelelahan?”
“Kuusahakan”
“Ya sudah”
“Kalau besok sudah di rumah, mau skype-an?”
“Hmm..yeah..semoga kita tidak lagi bertengkar”
“Ya sudah. Ayo Isya, tidur sudah malam”
Ah, rasanya tak pernah ada cukup alasan untuk kita menyerah dan saling meninggalkan..