(katamu, “lebih baik kita begini..”)
ah, tak paham aku maksudmu!
kau serahkan semua pada jarak yang meraja
seakan ia yang paling tahu akan kita
sedang kau dan aku tak lagi bisa interupsi
tahukah kamu,
aku sakit melihatmu berjuang
aku kelu saat engkau kokoh bertahan
melihatmu berusaha terus terjaga,
“hanya membuat separuh hatiku takut”
sebegitu patutkah ini dipertaruhkan?
aku tak pernah meragukanmu
kesungguhan ini telah lebih dari yang bisa kusembahkan
namun… ‘KITA’ -lah yang kadang menelisik ruang percayaku
mengapa tak kompromi saja?
toh jalan terbentang di hadap kita
(katamu,”menyesalkah kita begini?”)
aku menggeleng,
apa yang bisa kusesalkan?
kaulah partner in crime terhebatku
teman diskusi yang handal
tempatku selalu merasa pulang
inilah proses ternyaman yang kurasakan
(katamu, “begitu juga mauku”)
keningku berkerut,
“proses ini maumu?”
ah,aku mengerti…
jarak dan keyakinan memang transitor yang baik
sedang kau ingin kita diproses oleh getarnya
hingga ini semua hanya soal waktu
bukankah begitu?
(kini matamu yang berkata)
aku setuju,
“kita memang lebih baik begini…”
wooo..
opo iki kamsude? 😀
ada dehhh